Balada kaum intelektual
“Selamat
datang mahasiswa baru, di kampus....” ungkapan ini akan kita temukan ketika
memasuki gerbang Perguruan Tinggi. Bahkan jika kita menilik lebih jauh tentang
kalimat diatas, maka akan tersirat bahwa sesorang akan memasuki dunia baru,
dunia yang sangat menantang yang membutuhkan perjuangan besar untuk
melewatinya.
Mahasiswa
adalah suatu panggilan untuk individu yang berada dalam jenjang pendidikan
tinggi. Menjadi mahasiswa merupakan wadah untuk mencari jati diri kita. Oleh
karena itu, kita harus bisa tahu apa potensi yang ada dalam diri kita, dan
bagaimana cara mengembangkan potensi itu
Memasuki
dunia kampus berarti seseorang akan memulai meninggalkan masa remaja dan mulai
beranjak dewasa dalam berpikir dan bertindak. Kampus adalah tempat kita belajar
untuk menjadi pribadi mandiri. Dunia kampus berbeda dengan dunia sekolah,
dimana disana kita dituntun dan dinasihati dalam banyak hal, sedangkan di
kampus segala sesuatu tergantung dari diri kita sendiri, dosen hanya sebagai
fasilitator, dan dosen tidak bisa
mengatur setiap aktifitas individu. Disitulah letak perbedaannya. .
Banyak yang terjebak
Penulis
merasa sangat miris melihat kaum muda intelektual yaitu mahasiswa yang semakin
terpuruk. Banyak mahasiswa merasa bahwa menjadi mahasiswa adalah suatu
kebebasan. Oleh karena itu, tidak heran lagi bahwa banyak mahsiswa yang
terjebak dalam lingkaran lima K, yaitu, Kos, kampus, Kompor, kasur dan kampung.
Mahasiswa lima K ini, hanya bergelut dengan urusan pribadi yang membelenggu.
Fenomena
yang bukan baru lagi, tentunya bukanlah kebiasaan yang baik, artinya kebiasaan
tersebut merupakan suatu kebisaan yang
dapat membawa diri menjauh dari perubahan dan pencerahan untuk kehidupan bangsa
ini, khususnya pribadi mahasiswa tersebut yang semakin gelap dan redup akan
ilmu dan kreatifitas di tengah arus pergolakandunia yang deras. Dimanakah peran
mahasiswa yang bisa dikatakan sebagai “Agent of change?”.
Banyak
faktor yang membuat mahasiswa menjadi kaum yang hanya berdiam diri dan tidak
bisa melakukan sesuatu dan menjadi konsumtif yang mati dengan kreatifitas. Masyarakat
Indonesia masih terperangkap dalam budaya lisan dan belum tersadarkan akan
manfaat membaca dan berdiskusi. Ini juga terjadi pada mahasiswa yang dikatakan
sebagai kaum intelektual dan juga sebagai agen perubahan. Kaum muda telah
tergerus oleh budaya massa dan modernisme. Banyak mahasiwa yang lebih senang
jalan-jalan daripada membaca, dan hanya duduk diam membicarakan hal yang tidak
penting dari pada berdiskusi kecil-kecilan di kost.
Kegiatan
mahasiswa yang hanya bergelut dengan urusan pribadi yang kadang tidak membangun
kompetensinya. Hal ini membuat mahasiswa kaku akan hal-hal yang ilmiah dan
kadang membuat mahasiswa tidak bisa mengatasi hal-hal kecil seperti dalam
berdiskusi atau debat, yang hanya diam dan tidak berpartisipasi dan hanya
memenuhi bangku kuliah. Itulah salah satu contoh konkrit yang tidak bisa dielak
oleh mahasiswa karena kurang membaca dan sering berdiskusi.
Kaum muda pencipta sejarah
Dengan
melihat kembali kebelakang, sejarah mengatakan bahwa kaum mudalah membuat sejarah. Bung Tomo, dkk
adalah contoh tokoh yang membuat sejarah yang berada pada garda terdepan
mendongkrak kemerdekaan bangsa ini. Sukarno, Hatta, dan juga tokoh lainya ketika
dibuang dan dipenjarakan mereka masih tetap bergelut dengan aktivitas membaca,
menulis dan juga berdiskusi, dan juga tokoh perempuan yaitu ibu kita kartini tak
ada batasan untuk tetap berkarya dan perjuangan mereka yang membuat negara
Indonesia ini dapat berdiri. Semangat yang selalu ditunjukan oleh tokoh bangsa
ini belum dicontohi oleh kaum muda atau mahasiswa sekarang yang hanya menikmati
sejarah tetapi tidak bisa membuat sejarah.
Kebebasan yang mematikan
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan oleh penulis, banyak mahasiswa yang baru pertama kali
masuk ke perpustakaan ketika menginjak semester tua, dan banyak mahasiwa yang
tidak berminat dengan kegiatan-kegiatan ilmiah yang diadakan oleh organisasi
mahasiswa baik organisasi intra kampus maupun organisasi ekstra kampus dan
peminatnya sangat sedikit yaitu sekitar 2% dari jumlah mahasiswa seluruhnya. itulah
salah satu yang harus diperhatikan dunia pendidikan dan Perguruan Tinggi yang
menghasilkan individu yang memiliki kualitas dan intelektual yang baik Melihat
ini semua, penulis yang juga sebagai mahasiswa merasa sangat sedih dengan
keberadaan dan peran mahasiswa yang semakin lama, semakin tenggelam dan menjadi
individu yang instan dan konsumtif.
Kehidupan
mahasiwa atau kaum muda intelek sekarang yang hanya berkutat dengan kehidupan
pribadi yang tidak membangun, keadaan yang demikian, dapat berpengaruh pada
akhir studi mahasiswa. Diawal studi banyak mahasiswa yang tidak paham dengan
tata cara pembuatan makalah, ditambah lagi dengan penyakit kurangnya minat baca
dan berdiskusi, sehingga dapat berdampak pada akhir studi yaitu penulisan
skripsi. Misalkan dalam merangkai kata dalam penulisan karya ilmiah dalam
bentuk sederhana yaitu makalah saja masih membuat mahasiswa susah.Oleh karena
itu, mereka hanya berlama-lama dengan memikirkan rangkaian kata yang pas,
sehingga hal yang paling mudah adalah dengan cara plagiat.
Sekedar mendapat selembar kertas
Jika
kita lihat dengan seksama, kaum muda sekarang, banyak yang hanya merasa bahwa
kampus adalah tempat untuk mencari selembar kertas berharga alias Ijazah.
Mereka tidak berpikir tentang ilmu apa yang didapatnya, apa yang harus
dilakukan untuk mengembangkan potensinya dan kemampuannya yang akan diterapkan saat
terjun kedunia kerja.
Fakta
yang menunjukan bahwa banyak sekali sarjana yang masih belum mendapatkan
pekerjaanya yang bisa dikatakan sebagai pengangguran berintelektual. Melihat
banyaknya perguruan tinggi yang tersebar, misalkan Perguruan Tinggi Universitas
Flores setiap tahun bisa menghasilkan ribuan sarjana di tambah lagi dengan
perguruan lainnya yang tersebar di pelosok flores ini. Dengan banyaknya sarjana
yang dihasilkan ini membuat kecil
peluang untuk mendapatkan pekerjaan. Tingginya jumlah angka pengangguran
masyarakat berpendidikan tinggi merupakan persoalan tersendiri di tengah
masyarakat. Keadaan tersebut semakin membutakan masyarakat untuk menyekolahkan
anak kejenjang yang lebih tinggi, karena melihat banyaknya sarjana yang
pengangguran.
Dalam
perguruan tinggi juga dibekali pengetahuan tantang kewirausahan ditunjukan
dengan adanya mata kuliah kewirausahaan. Seorang sarjana atau hasil jebolan
pendidikan tinggi harus bisa menjadi pembuat lapangan pekerjaan bukan hanya
menunggu dibukanya lapangan kerja atau hanya menunggu pekerjaan yang paling
diidamkan masyarakat yaitu menjadi PNS.Itulah yang membuat setiap sarjana hanya
menunggu dan menunggu.Masih tersimpan dibenak penulis tentang sebuah ungkapan lelucon
kepada para wisudwanUniflor padasemester genap lalu,yaitu “selamat datang di
dunia pengangguran”. Itu membuat penulis tersontak sadar, dan bertanya pada diri,
“apakah saya akan jadi pengangguran setelah saya bukan lagi menjadi mahasiswa?”
pertanyaan ini bukan hanya dari penulis saja tetapi masih banyak rekan-rekan seperjuangan
yang mungkin memiliki pertanyaan yang serupa.
Jika
dikaitkan dengan teori Darwin, ini merupakan seleksi alam, siapa yang bisa
bertahan dan memiliki kekuatan ia dapat bertahan dan akan berevolusi menjadi
lebih baik.Jikamasih diberikan kesempatan untuk belajar dan berkretifitas,
berbuatlah!
Menjadi mahasiswa adalah suatu proses yang
membawa kita kepada masa depan kita. Masa depan kita juga kita yang tentukan,
dan kita juga harus tahu apa misi yang harus dilakukan sehingga kita tidak
terperangkap pada cara-cara instan yang membuat kita terikat dan dipenjarakan
oleh kurangnya kreatifitas dan tumpulnya pengetahuan yang tidak pernah kita
asah.
Marilah
kita bersama maju dalam gagasan-gagasan baru dan dan selalu bertindak dengan
ditunjukan karya-karya dan ikut serta dalam membangun dalam segala sektor,
janganlah menjadi kaum muda yang hanya berdiam diri, bangun berdiri dan
berpikir. Seperti yang dikatakan filsuf Descratesbahwa cogito ergo sum, yang artinya aku berpikir maka aku ada. Jadilah
mahasiswa dan juga kaum muda yang suka berpikir dan bertindak sehinggga tidak
membuat kita dikatakan mati suri.
Salam
semangat..