Senin, 26 Mei 2014

Balada kaum Intelektual



 Balada kaum intelektual

“Selamat datang mahasiswa baru, di kampus....” ungkapan ini akan kita temukan ketika memasuki gerbang Perguruan Tinggi. Bahkan jika kita menilik lebih jauh tentang kalimat diatas, maka akan tersirat bahwa sesorang akan memasuki dunia baru, dunia yang sangat menantang yang membutuhkan perjuangan besar untuk melewatinya.
Mahasiswa adalah suatu panggilan untuk individu yang berada dalam jenjang pendidikan tinggi. Menjadi mahasiswa merupakan wadah untuk mencari jati diri kita. Oleh karena itu, kita harus bisa tahu apa potensi yang ada dalam diri kita, dan bagaimana cara mengembangkan potensi itu
Memasuki dunia kampus berarti seseorang akan memulai meninggalkan masa remaja dan mulai beranjak dewasa dalam berpikir dan bertindak. Kampus adalah tempat kita belajar untuk menjadi pribadi mandiri. Dunia kampus berbeda dengan dunia sekolah, dimana disana kita dituntun dan dinasihati dalam banyak hal, sedangkan di kampus segala sesuatu tergantung dari diri kita sendiri, dosen hanya sebagai fasilitator, dan dosen  tidak bisa mengatur setiap aktifitas individu. Disitulah letak perbedaannya. .
Banyak yang terjebak
Penulis merasa sangat miris melihat kaum muda intelektual yaitu mahasiswa yang semakin terpuruk. Banyak mahasiswa merasa bahwa menjadi mahasiswa adalah suatu kebebasan. Oleh karena itu, tidak heran lagi bahwa banyak mahsiswa yang terjebak dalam lingkaran lima K, yaitu, Kos, kampus, Kompor, kasur dan kampung. Mahasiswa lima K ini, hanya bergelut dengan urusan pribadi yang membelenggu.
Fenomena yang bukan baru lagi, tentunya bukanlah kebiasaan yang baik, artinya kebiasaan tersebut merupakan suatu kebisaan  yang dapat membawa diri menjauh dari perubahan dan pencerahan untuk kehidupan bangsa ini, khususnya pribadi mahasiswa tersebut yang semakin gelap dan redup akan ilmu dan kreatifitas di tengah arus pergolakandunia yang deras. Dimanakah peran mahasiswa yang bisa dikatakan sebagai “Agent of change?”.
Banyak faktor yang membuat mahasiswa menjadi kaum yang hanya berdiam diri dan tidak bisa melakukan sesuatu dan menjadi konsumtif yang mati dengan kreatifitas. Masyarakat Indonesia masih terperangkap dalam budaya lisan dan belum tersadarkan akan manfaat membaca dan berdiskusi. Ini juga terjadi pada mahasiswa yang dikatakan sebagai kaum intelektual dan juga sebagai agen perubahan. Kaum muda telah tergerus oleh budaya massa dan modernisme. Banyak mahasiwa yang lebih senang jalan-jalan daripada membaca, dan hanya duduk diam membicarakan hal yang tidak penting dari pada berdiskusi kecil-kecilan di kost.
Kegiatan mahasiswa yang hanya bergelut dengan urusan pribadi yang kadang tidak membangun kompetensinya. Hal ini membuat mahasiswa kaku akan hal-hal yang ilmiah dan kadang membuat mahasiswa tidak bisa mengatasi hal-hal kecil seperti dalam berdiskusi atau debat, yang hanya diam dan tidak berpartisipasi dan hanya memenuhi bangku kuliah. Itulah salah satu contoh konkrit yang tidak bisa dielak oleh mahasiswa karena kurang membaca dan sering berdiskusi.
Kaum muda pencipta sejarah
Dengan melihat kembali kebelakang, sejarah mengatakan bahwa  kaum mudalah membuat sejarah. Bung Tomo, dkk adalah contoh tokoh yang membuat sejarah yang berada pada garda terdepan mendongkrak kemerdekaan bangsa ini. Sukarno, Hatta, dan juga tokoh lainya ketika dibuang dan dipenjarakan mereka masih tetap bergelut dengan aktivitas membaca, menulis dan juga berdiskusi, dan juga tokoh perempuan yaitu ibu kita kartini tak ada batasan untuk tetap berkarya dan perjuangan mereka yang membuat negara Indonesia ini dapat berdiri. Semangat yang selalu ditunjukan oleh tokoh bangsa ini belum dicontohi oleh kaum muda atau mahasiswa sekarang yang hanya menikmati sejarah tetapi tidak bisa membuat sejarah.
Kebebasan yang mematikan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis, banyak mahasiswa yang baru pertama kali masuk ke perpustakaan ketika menginjak semester tua, dan banyak mahasiwa yang tidak berminat dengan kegiatan-kegiatan ilmiah yang diadakan oleh organisasi mahasiswa baik organisasi intra kampus maupun organisasi ekstra kampus dan peminatnya sangat sedikit yaitu sekitar 2% dari jumlah mahasiswa seluruhnya. itulah salah satu yang harus diperhatikan dunia pendidikan dan Perguruan Tinggi yang menghasilkan individu yang memiliki kualitas dan intelektual yang baik Melihat ini semua, penulis yang juga sebagai mahasiswa merasa sangat sedih dengan keberadaan dan peran mahasiswa yang semakin lama, semakin tenggelam dan menjadi individu yang instan dan konsumtif.
Kehidupan mahasiwa atau kaum muda intelek sekarang yang hanya berkutat dengan kehidupan pribadi yang tidak membangun, keadaan yang demikian, dapat berpengaruh pada akhir studi mahasiswa. Diawal studi banyak mahasiswa yang tidak paham dengan tata cara pembuatan makalah, ditambah lagi dengan penyakit kurangnya minat baca dan berdiskusi, sehingga dapat berdampak pada akhir studi yaitu penulisan skripsi. Misalkan dalam merangkai kata dalam penulisan karya ilmiah dalam bentuk sederhana yaitu makalah saja masih membuat mahasiswa susah.Oleh karena itu, mereka hanya berlama-lama dengan memikirkan rangkaian kata yang pas, sehingga hal yang paling mudah adalah dengan cara plagiat.
Sekedar mendapat selembar kertas
Jika kita lihat dengan seksama, kaum muda sekarang, banyak yang hanya merasa bahwa kampus adalah tempat untuk mencari selembar kertas berharga alias Ijazah. Mereka tidak berpikir tentang ilmu apa yang didapatnya, apa yang harus dilakukan untuk mengembangkan potensinya dan kemampuannya yang akan diterapkan saat terjun kedunia kerja.
Fakta yang menunjukan bahwa banyak sekali sarjana yang masih belum mendapatkan pekerjaanya yang bisa dikatakan sebagai pengangguran berintelektual. Melihat banyaknya perguruan tinggi yang tersebar, misalkan Perguruan Tinggi Universitas Flores setiap tahun bisa menghasilkan ribuan sarjana di tambah lagi dengan perguruan lainnya yang tersebar di pelosok flores ini. Dengan banyaknya sarjana yang dihasilkan ini membuat  kecil peluang untuk mendapatkan pekerjaan. Tingginya jumlah angka pengangguran masyarakat berpendidikan tinggi merupakan persoalan tersendiri di tengah masyarakat. Keadaan tersebut semakin membutakan masyarakat untuk menyekolahkan anak kejenjang yang lebih tinggi, karena melihat banyaknya sarjana yang pengangguran.
Dalam perguruan tinggi juga dibekali pengetahuan tantang kewirausahan ditunjukan dengan adanya mata kuliah kewirausahaan. Seorang sarjana atau hasil jebolan pendidikan tinggi harus bisa menjadi pembuat lapangan pekerjaan bukan hanya menunggu dibukanya lapangan kerja atau hanya menunggu pekerjaan yang paling diidamkan masyarakat yaitu menjadi PNS.Itulah yang membuat setiap sarjana hanya menunggu dan menunggu.Masih tersimpan dibenak penulis tentang sebuah ungkapan lelucon kepada para wisudwanUniflor padasemester genap lalu,yaitu “selamat datang di dunia pengangguran”. Itu membuat penulis tersontak sadar, dan bertanya pada diri, “apakah saya akan jadi pengangguran setelah saya bukan lagi menjadi mahasiswa?” pertanyaan ini bukan hanya dari penulis saja tetapi masih banyak rekan-rekan seperjuangan yang mungkin memiliki pertanyaan yang serupa.
Jika dikaitkan dengan teori Darwin, ini merupakan seleksi alam, siapa yang bisa bertahan dan memiliki kekuatan ia dapat bertahan dan akan berevolusi menjadi lebih baik.Jikamasih diberikan kesempatan untuk belajar dan berkretifitas, berbuatlah!
 Menjadi mahasiswa adalah suatu proses yang membawa kita kepada masa depan kita. Masa depan kita juga kita yang tentukan, dan kita juga harus tahu apa misi yang harus dilakukan sehingga kita tidak terperangkap pada cara-cara instan yang membuat kita terikat dan dipenjarakan oleh kurangnya kreatifitas dan tumpulnya pengetahuan yang tidak pernah kita asah.
Marilah kita bersama maju dalam gagasan-gagasan baru dan dan selalu bertindak dengan ditunjukan karya-karya dan ikut serta dalam membangun dalam segala sektor, janganlah menjadi kaum muda yang hanya berdiam diri, bangun berdiri dan berpikir. Seperti yang dikatakan filsuf Descratesbahwa cogito ergo sum, yang artinya aku berpikir maka aku ada. Jadilah mahasiswa dan juga kaum muda yang suka berpikir dan bertindak sehinggga tidak membuat kita dikatakan mati suri.
Salam semangat..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar