Jumat, 06 Juni 2014

pemilihan presiden



Satu Atau Dua?
Pilih Aku Atau Dia Yang Engkau Suka

Oleh:
Lea Malo
Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Flores


Hari minggu kemarin, tanggal 1 Juni 2014, dimana hari dilaksanakannya acara penetapan no urut pasangan Capres dan Cawapres di kantor KPU pusat di Jakarta. Acara tersebut dihadiri oleh pasangan Prabowo-Hatta Rajasa dan pasangan lainnya yaitu Jokowi-JK beserta pendukung dan simpatisan dari kedua pasangan.
Acara tersebut menandakan bahwa  masyarakat Indonesia akan kembali memulai sebuah pesta besar yang masih hangat yaitu pesta demokrasi. Pesta benar-benar pesta, bukan hanya pesta tersebut dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, tetapi pesta tersebut juga menghabiskan anggaran yang cukup fantastik.
 Jika pesta besar ini dilaksanakan dengan baik oleh semua komponen, entah masyarakat, lembaga partai politik dan juga lembaga pelaksana pesta, harus merasakan bahwa pesta tersebut bukan hanya pesta perorangan, sehingga ini merupakan wadah untuk mencari kesempatan untuk kepentingan pribadi sendiri dan kelompok, tetapi sadar bahwa pesta tersebut menunjukan bahwa kita akan memulai level renovasi dan juga tahap kepemimpinan baru dalam kehidupan kenegaraan agar lebih baik, bukan untuk menyisakan suatu hal yang menjadi beban yang disisakan dari pesta tersebut.
Sebagai negara yang demokrasi, Indonesia harus menunjukan bahwa negara  kita memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap masyakat untuk memilih pemimpin. Ini bukan hanya sebuah simbol bahwa negara indonesia merupakan negara demokrasi terbesar, jangan sampai hak masyarakat dirampas dan diganti dengan uang yang merupakan suatu alat yang dapat mematikan kebebasan mereka.
Kesempatan ini diadakan agar masyarakat dapat memilih dengan hati dan melihat jeli terhadap calon pemimpin yang akan memimpin mereka, bukan hanya untuk memimpin tetapi melayani kepentingan mereka bukan hanya segelintir orang saja.
Pada hari minggu lalu, acara pengundian no urut Capres dan Cawapres tersebut menghasilkan Pasangan Prabowo-Hatta Rajasa pada no urut 1 dan pasangan Jokowi-JK di no urut 2. Terkait dengan angka dalam penomoran pasangan banyak yang menilai bahwa angka juga berperan penting seorang atau pasangan akan banyak dipilih.
 “Satu atau dua, pilih aku atau dia yang engkau suka” ini merupakan sebuah lyric dalam lagu dari sebuah band yang lagi naik daun di kanca musik Indonesia. Jika dikaitkan dengan kampanye pemilihan Presiden dan wakil presiden, ini sangat cocok untuk dinyanyikan oleh dua pasangan tersebut.
Presepsi masyarakat tentang no urut pasangan Capres dan Cawapres terkait dengan hasil dan juga keuntungan yang dilihat dari angka keberuntungan yaitu angka satu (1) dan angka dua (2) itu berbeda-beda.
Banyak  yang mengatakan bahwa angka satu (1) merupakan angka yang paling pertama dan merupakan angka sang juara, kalau begitu siap-siap pasangan no urut satu akan memenangkan suara terbanyak dalam pemilihan ini..emm..tunggu dulu..
Banyak juga yang menilai angka dua (2) adalah angka yang sempurna, dimana angka tersebut merupakan hasil penjumlahan dari angka satu (1) dan satu (1), antara satu dan satu saling mempengaruhi, seperti setiap individu belum tentu sempurna, tetapi ketika dua, mereka akan saling mengisi kekurangan dan kelebihan, maka akan lebih sempurna.
Terkait dengan angka dua (2), Ini mengingatkan kita tentang isi dari sambutan bapa Haji Jokowi pada saat acara penetapan no urut pasangan Capres dan Cawapres, ia mengatakan bahwa angka dua  merupakan angka keseimbangan. Dengan memberikan contoh simpel yaitu, tangan, kaki, mata dan telinga, jika hanya satu maka tubuh manusia tidak akan seimbang bisa disebut cacat.
Jika masyarakat memilih dilihat dari kepercayaan dan asumsi terhadap no atau angka, pasti masyarakat akan banyak kebingungan. Bisa dikatakan semua pada galau, istilah trend anak muda sekarang.
Masyarakat harus bisa melihat dengan jeli calon pemimpin yang akan dipercayakan untuk memimpin dan melayani mereka, bukan melihat dari angka ataupun no urut. Diharapkan agar memilih pemimpin yang mampu menyayomi masyarakat kecil dan mensejaterakan mereka karena merekalah yang harus dilayani karena mereka adalah raja dalam negara bukan pemimpin. Pemimpin yang telah dipercayaan harus sadar, bahwa ketika dipilih dan dipercayakan maka, itu adalah suatu tugas dan tanggung jawab kepada raja yaitu masyarakat, bukan sebagai wadah untuk medapatkan keuntungan, kesempatan dan kekuasaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar