Satu Atau Dua?
Pilih Aku Atau Dia Yang Engkau Suka
Oleh:
Lea Malo
Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Flores
Hari minggu kemarin, tanggal 1 Juni 2014,
dimana hari dilaksanakannya acara penetapan no urut pasangan Capres dan
Cawapres di kantor KPU pusat di Jakarta. Acara tersebut dihadiri oleh pasangan
Prabowo-Hatta Rajasa dan pasangan lainnya yaitu Jokowi-JK beserta pendukung dan
simpatisan dari kedua pasangan.
Acara tersebut menandakan bahwa masyarakat Indonesia akan kembali memulai sebuah
pesta besar yang masih hangat yaitu pesta demokrasi. Pesta benar-benar pesta,
bukan hanya pesta tersebut dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia,
tetapi pesta tersebut juga menghabiskan anggaran yang cukup fantastik.
Jika
pesta besar ini dilaksanakan dengan baik oleh semua komponen, entah masyarakat,
lembaga partai politik dan juga lembaga pelaksana pesta, harus merasakan bahwa
pesta tersebut bukan hanya pesta perorangan, sehingga ini merupakan wadah untuk
mencari kesempatan untuk kepentingan pribadi sendiri dan kelompok, tetapi sadar
bahwa pesta tersebut menunjukan bahwa kita akan memulai level renovasi dan juga
tahap kepemimpinan baru dalam kehidupan kenegaraan agar lebih baik, bukan untuk
menyisakan suatu hal yang menjadi beban yang disisakan dari pesta tersebut.
Sebagai negara yang demokrasi, Indonesia
harus menunjukan bahwa negara kita
memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap masyakat untuk memilih pemimpin. Ini
bukan hanya sebuah simbol bahwa negara indonesia merupakan negara demokrasi
terbesar, jangan sampai hak masyarakat dirampas dan diganti dengan uang yang
merupakan suatu alat yang dapat mematikan kebebasan mereka.
Kesempatan ini diadakan agar masyarakat
dapat memilih dengan hati dan melihat jeli terhadap calon pemimpin yang akan
memimpin mereka, bukan hanya untuk memimpin tetapi melayani kepentingan mereka
bukan hanya segelintir orang saja.
Pada hari minggu lalu, acara pengundian
no urut Capres dan Cawapres tersebut menghasilkan Pasangan Prabowo-Hatta Rajasa
pada no urut 1 dan pasangan Jokowi-JK di no urut 2. Terkait dengan angka dalam
penomoran pasangan banyak yang menilai bahwa angka juga berperan penting seorang
atau pasangan akan banyak dipilih.
“Satu
atau dua, pilih aku atau dia yang engkau suka” ini merupakan sebuah lyric dalam
lagu dari sebuah band yang lagi naik daun di kanca musik Indonesia. Jika
dikaitkan dengan kampanye pemilihan Presiden dan wakil presiden, ini sangat
cocok untuk dinyanyikan oleh dua pasangan tersebut.
Presepsi masyarakat tentang no urut
pasangan Capres dan Cawapres terkait dengan hasil dan juga keuntungan yang
dilihat dari angka keberuntungan yaitu angka satu (1) dan angka dua (2) itu
berbeda-beda.
Banyak yang mengatakan bahwa angka satu (1) merupakan
angka yang paling pertama dan merupakan angka sang juara, kalau begitu
siap-siap pasangan no urut satu akan memenangkan suara terbanyak dalam
pemilihan ini..emm..tunggu dulu..
Banyak juga yang menilai angka dua (2)
adalah angka yang sempurna, dimana angka tersebut merupakan hasil penjumlahan
dari angka satu (1) dan satu (1), antara satu dan satu saling mempengaruhi,
seperti setiap individu belum tentu sempurna, tetapi ketika dua, mereka akan
saling mengisi kekurangan dan kelebihan, maka akan lebih sempurna.
Terkait dengan angka dua (2), Ini
mengingatkan kita tentang isi dari sambutan bapa Haji Jokowi pada saat acara
penetapan no urut pasangan Capres dan Cawapres, ia mengatakan bahwa angka
dua merupakan angka keseimbangan. Dengan
memberikan contoh simpel yaitu, tangan, kaki, mata dan telinga, jika hanya satu
maka tubuh manusia tidak akan seimbang bisa disebut cacat.
Jika masyarakat memilih dilihat dari
kepercayaan dan asumsi terhadap no atau angka, pasti masyarakat akan banyak
kebingungan. Bisa dikatakan semua pada galau, istilah trend anak muda sekarang.
Masyarakat harus bisa melihat dengan
jeli calon pemimpin yang akan dipercayakan untuk memimpin dan melayani mereka,
bukan melihat dari angka ataupun no urut. Diharapkan agar memilih pemimpin yang
mampu menyayomi masyarakat kecil dan mensejaterakan mereka karena merekalah
yang harus dilayani karena mereka adalah raja dalam negara bukan pemimpin.
Pemimpin yang telah dipercayaan harus sadar, bahwa ketika dipilih dan
dipercayakan maka, itu adalah suatu tugas dan tanggung jawab kepada raja yaitu
masyarakat, bukan sebagai wadah untuk medapatkan keuntungan, kesempatan dan
kekuasaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar